Kamis, 31 Mei 2012

Ivanna Lie

Ivanna Lie


Ivanna Lie
Sm16lie29epsx.jpg
Informasi pribadi
Nama lahir Ivanna Lie Ing Hoa
Tanggal lahir 7 Maret 1960 (umur 52)
Tempat lahir Bandung, Jawa Barat
Asal negara Bendera Indonesia Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Rekor bertanding
Ivanna Lie Ing Hoa (lahir di Bandung, Jawa Barat, 7 Maret 1960; umur 52 tahun) adalah pemain bulu tangkis Indonesia era 1980-an.

Daftar isi

Pendidikan

  • SD, Bandung (1973)
  • SMP, Bandung (1976)
  • SMA Ragunan, Jakarta (1980)

Prestasi

Tunggal Putri

Ganda Putri

Ganda campuran

Beregu Putri

Kegiatan kini

  • Menggeluti usaha garmen dengan merk Levana (sudah tidak aktif)
  • Sebagai pelatih bulu tangkis, mengkhususkan diri melatih anak-anak, dengan olahraga hasil temuannya, badmini, olahraga bulu tangkis yang dimodifikasi untuk anak-anak.

Imelda Wigoena

Imelda Wigoena

 

Imelda Wigoena Koerniawan atau Imelda Wiguna Kurniawan (lahir di Slawi, Tegal, Jawa Tengah, 12 Oktober 1951; umur 60 tahun) adalah seorang pemain bulu tangkis Indonesia di era tahun 1970-an sampai 1980-an. Ia banyak meraih gelar juara dalam berbagai kejuaraan internasional, baik dalam dalam nomor ganda putri maupun ganda campuran. Pemain-pemain yang pernah berpasangan dengannya adalah Theresia Widiastuti, Verawaty Fajrin, Christian Hadinata, dan Rosiana Tendean. Imelda berhasil meraih gelar juara ganda putri dan ganda campuran dalam All England 1979 saat berpasangan dengan Verawaty Fadjrin dan Christian Hadinata.
Pada perebutan Piala Uber 1975 di Jakarta, Imelda Wigoena bersama dengan Theresia Widiastuti, Utami Dewi, Tati Sumirah, Minarni Soedaryanto, dan Regina Masli berhasil mempersembahkan Piala Uber untuk pertama kalinya bagi Indonesia setelah di final menundukkan Jepang dengan skor 5-2. Imelda yang berpasangan dengan Theresia Widiastuti berhasil menyumbangkan dua angka kemenangan dengan menundukkan pasangan Hiroe Yuki/ M. Ikeda (15-4, 15-9) dan pasangan Etsuko Takenaka/ Machiko Aizawa (17-14, 15-0).
Setelah pensiun dari bulutangkis, Imelda sempat berkarier sebagai karyawan bank sebelum akhirnya menjadi Evangelist.

Daftar isi

Prestasi

Ganda Putri

  • Juara Denmark Terbuka 1974-1975 (Imelda Wigoena/ Theresia Widiastuti)
  • Juara Skotlandia Terbuka 1975 (Imelda Wigoena/ Theresia Widiastuti)
  • Finalis All England 1975 (Imelda Wigoena/ Theresia Widiastuti)
  • Juara Piala Uber 1975 (Tim Indonesia)
  • Juara Belanda Terbuka 1977 (Verwaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Juara Denmark Terbuka 1977-1978 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Medali Emas Asian Games 1978 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Juara SEA Games 1979 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Juara All England 1979 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Juara Kanada Terbuka 1979 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Finalis Kejuaraan Dunia 1980 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Medali Perak SEA Games 1981 (Theresia Widiastuti/ Imelda Wigoena)
  • Medali Emas SEA Games 1985 (Rosiana Tendean/ Imelda Wigoena)
  • Medali Perunggu Asian Games 1986 (Rosiana Tendean/ Imelda Wigoena)
  • Finalis Piala Uber 1978, 1986 (Tim Indonesia)

Ganda Campuran

  • Juara Kanada Terbuka 1979 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Juara All England 1979 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Juara SEA Games 1979 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Juara Kejuaraan Dunia 1980 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Finalis All England 1980 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Finalis All England 1981 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Medali Perunggu World Games 1981 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Medali Emas SEA Games 1981 (Rudy Heryanto/ Imelda Wigoena)
  • Medali Emas SEA Games 1985 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)

Minarni Soedaryanto

Minarni Soedaryanto

 

Langsung ke: navigasi, cari
Minarni Soedaryanto atau Minarni Sudaryanto (lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 10 Mei 1944 – meninggal di Jakarta, 14 Mei 2003 pada umur 59 tahun) adalah seorang pemain bulu tangkis terkenal Indonesia di era tahun 1959 sampai 1975-an. Ia yang menjadi pemain pelatnas sejak berusia 15 tahun, berhasil meraih gelar juara All England, Malaysia Terbuka, AS Terbuka, Kanada Terbuka, Asian Games, dan Piala Uber.
Pada All England 1968, PB PBSI yang mengirimkan Rudy Hartono, Ang Tjin Siang, Minarni Soedaryanto, dan Retno Kustiyah berhasil mencatatkan prestasi yang gemilang. Rudi Hartono meraih juara, Muljadi meraih medali perunggu, Minarni meraih medali perak tunggal putri, dan ganda Minarni/ Retno Koestijah meraih juara. Minarni menjadi pemain bulu tangkis putri Indonesia pertama yang bisa mencapai babak final kejuaraan All England.
Pada perebutan Piala Uber 1975 di Jakarta, Tim Indonesia yang diperkuat oleh Theresia Widiastuti, Imelda Wigoena, Utami Dewi, Tati Sumirah, Minarni Soedaryanto, dan Regina Masli berhasil mempersembahkan Piala Uber untuk pertama kalinya bagi Indonesia setelah di final menundukkan Jepang dengan skor 5-2. Kemenangan ini menjadi pembalasan, setelah sebelumnya Minarni dan kawan-kawan gagal meraih gelar juara karena dikalahkan Jepang dalam babak final Piala Uber 1969 (skor 1-6) dan 1972 (skor 1-6).
Setelah pensiun dari pemain, Minarni yang telah memperkuat Tim Uber Indonesia sebanyak lima kali (1960, 1963, 1966, 1969, dan 1975) kemudian berkarier sebagai pelatih bulu tangkis di pelatnas serta aktif dalam organisasi PB PBSI.
Minarni meninggal dunia dalam usia 59 tahun di RS Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan pada 14 Mei 2003 karena komplikasi radang paru-paru dan lever. Jenasah dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan.

Daftar isi

Prestasi

Tunggal Putri

  • Finalis Piala Uber 1969 (Tim Indonesia)
  • Finalis Piala Uber 1972 (Tim Indonesia)
  • Juara Piala Uber 1975 (Tim Indonesia)
  • Juara Malaysia Terbuka 1960
  • Medali Emas Asian Games 1962
  • Juara Malaysia Terbuka 1966
  • Juara Malaysia Terbuka 1967
  • Finalis All England 1968
  • Juara AS Terbuka 1969

Ganda Putri

  • Medali Emas Asian Games 1962 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Medali Emas Asian Games 1966 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Juara Malaysia Terbuka 1966 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Juara Malaysia Terbuka 1967 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Juara All England 1968 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Juara Kanada Terbuka 1969 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Juara AS Terbuka 1969 (Minarni/ Retno Koestijah)

Ganda Campuran

  • Juara Kanada Terbuka 1969 (Darmadi/ Minarni)

Tan Joe Hok Legenda Hidup Badminton

Tan Joe Hok


Tan Joe Hok
Tan Joe Hok alias Hendra Kartanegara (Hanzi: 陈甲亮, Pinyin: Chén Jiǎliàng) (lahir di Bandung, Jawa Barat, 11 Agustus 1937; umur 74 tahun) adalah pemain bulu tangkis Indonesia di era tahun 1960-an. Ia adalah putra Indonesia pertama yang menjuarai All England dan meraih medali emas Asian Games. Selain itu, Ia bersama enam pebulu tangkis Indonesia lainnya merebut Piala Thomas untuk pertama kalinya. Pada masanya, Tan Joe Hok mempunyai nama besar sebagai atlet kebanggaan Indonesia karena prestasinya mengharumkan nama bangsa.
Tan Joe Hok bersama dengan Ferry Sonneville, Lie Poo Djian, Tan King Gwan, Njoo Kim Bie, Eddy Jusuf, dan Olich Solihin merupakan perintis Tim Thomas Indonesia yang dikenal sebagai “tujuh pendekar" bulu tangkis tanah air. Mereka berhasil menjuarai Piala Thomas 1958 setelah menaklukkan juara bertahan Malaysia (dahulu bernama Malaya) dalam babak penantangan (chalenge round) dengan skor 6-3 di Singapore Badminton Hall, Singapura (dahulu merupakan bagian negara Malaya). Dalam perebutan Piala Thomas tersebut, Tan Joe Hok bermain sebagai pemain tunggal sekaligus pemain ganda (berpasangan dengan Lie Poo Djian).
Setelah pensiun dari pemain bulu tangkis, Tan Joe Hok sempat menjadi pelatih bulu tangkis di Meksiko dan Hongkong. Ia bergabung menjadi pelatih PB Djarum tahun 1982 dan merangkap sebagai project manager cabang PB Djarum di Jakarta.
Ia kemudian diangkat menjadi pelatih pelatnas Piala Thomas 1984 dan berkat bimbingannya Tim Bulu Tangkis Indonesia berhasil menjuarai Piala Thomas 1984 dengan munundukkan China. Atas prestasinya SIWO/ PWI Jaya menganugerahkan penghargaan sebagai Pelatih Olah Raga Terbaik 1984.

Daftar isi

Pendidikan

Prestasi

Karier

  • Pelatih bulu tangkis di Meksiko (1969-1970)
  • Pelatih bulu tangkis di Hongkong (1971)
  • Pelatih bulu tangkis PB Jarum Kudus (1982)
  • Pelatih Tim Thomas Cup (1984)
  • Direktur Mandala Pest Control (1973-sekarang)

Penghargaan

  • Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Nararya
  • Pelatih Olah Raga Terbaik 1984 dari SIWO/ PWI Jaya

Lain-lain

  • Tan menolak gelar pahlawan Piala Thomas Indonesia, namun lebih senang menyebut dirinya dan kawan-kawannya sebagai pionir daripada pahlawan.
  • Film biografi layar lebar tentang Tan Joe Hok sedang diproduksi dengan judul Tan.

Icuk Sugiarto

Icuk Sugiarto

 


Icuk Sugiarto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 4 Oktober 1962; umur 49 tahun) adalah juara dunia bulu tangkis tahun 1983, yang juga adalah legenda tunggal putra bulu tangkis Indonesia bersama Liem Swie King, Lius Pongoh, Hastomo Arbi, Kartono,dll serta pahlawan bulu tangkis Indonesia di era 1980-an bersama pemain - pemain bulu tangkis Indonesia yang lainnya. Ia sekarang menjadi salah satu staf ahli menpora di eranya SBY-JK.
Icuk dikenal sebagai atlet bulu tangkis yang kerap menjuarai pertandingan baik di dalam maupun luar negeri. Kiprahnya dalam dunia bulu tangkis memuncak pada saat dia memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia yang telah memberikannya gelar Juara Dunia pada tahun 1983 dan 1986. Teknik-teknik tajam yang dahulu digunakannya pada setiap pertandingan seakan melegenda. Bahkan hingga kini, diusianya yang ke 46, beliau masih belum kehilangan kelihaiannya dalam bemain bulu tangkis. Hal ini dibuktikan dengan kepiawaiannya melatih anak didiknya di klub PB Pelita Bakrie.
Suami dari Hj. Nina Yaroh dan ayah dari Natassia Octaviani Sugiarto, Tommy Sugiarto, dan Jauza Fadhilla Sugiarto ini seakan tak dapat dipisahkan dari bulu tangkis. Kendati kariernya menjadi atlet bulu tangkis telah selesai, namun dia tetap berjuang dengan segala cara untuk meningkatkan permainan atlet-atlet bulu tangkis Indonesia agar selalu dapat menorehkan prestasi tertinggi pada setiap pertandingannya.

Daftar isi

Latar belakang dan keluarga

Putera ke tiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Harjo Sudarmo dan Ciptaningsih (alm) ini sudah menunjukkan bakatnya dalam bermain bulu tangkis semenjak menginjak usia 12 tahun. Orang tua Icuk sendiri tak pernah menyia-nyiakan bakat yang dimiliki puteranya itu. Sejak dini Icuk digembleng di klub di daerahnya, Solo, hingga akhirnya dia diboyong ke Jakarta.
Icuk memulai pendidikan formalnya di SD Negeri 3 Kratonan dan SMP Negeri 1 yang keduanya berada di Solo. Karena kemampuannya yang dirasa semakin lama semakin meningkat, Icuk pun mendapatkan kesempatan untuk hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri Ragunan.
Pada tahun 1983 Icuk menikah dengan Hj. Nina Yaroh seorang atlet bulu tangkis putri nasional dari Medan, dan pada tahun 1984 pasangan tersebut dianugrahi anak pertama mereka, Natassia Octaviani Sugiarto, dan menyusul Tommy Sugiarto dan si bungsu Jauza Fadhilla Sugiarto pada tahun 1988 dan 1999.
Tommy Sugiarto sendiri saat ini sedang merintis karier pada bidang yang sama dengan yang digeluti oleh sang ayah, bulu tangkis, yang telah membawanya sebagai atlet bulu tangkis terbaik di level 14 tahun ke bawah untuk tingkat DKI Jakarta. Tommy terpilih sebagai tunggal keempat tim Piala Thomas Indonesia tahun 2008. Prestasinya bisa dibilang membanggakan Icuk. di usia 14 tahun, dia sudah bisa membawa Klub Bulu Tangkis Pelita Bakrie tempat ia bernaung menjadi juara umum ditingkat cabang PBSI Jakarta Barat dengan meraih gelar di nomor Tunggal Remaja dan Taruna serta Ganda Remaja Putra.
Tommy saat itu juga sudah mampu tampil di ajang bulu tangkis nasional, Samsung-SGS II yang diselenggarakan di Bandung, di partai pamungkas dan berhasil menembus final tunggal remaja. 2 tahun belakangan ini prestasinya bisa dibilang lumayan. Tampaknya teladan ayahnya menjadikannya selalu berusaha lebih keras dari waktu ke waktu sehingga diharapkan dapat menyaingi reputasi ayahnya di bidang bulu tangkis kelak.
Tampaknya Icuk Sugiarto memang tak dapat jauh dari dunia bulu tangkis. Karena selain Tommy Sugiarto yang telah mengikuti jejaknya untuk menjadi pemain bulu tangkis profesional, Hj. Nina Yaroh, sang istri, saat ini juga menjabat sebagai Ketua Kepengurusan cabang PBSI daerah Jakarta Barat. Terbukti sekali kecintaan Icuk pada bulu tangkis sangat tinggi, karena baginya bulu tangkis bukan lagi sekadar olah raga yang dapat mendatangkan medali dari pertandingan-pertandingan dalam dan luar negeri, namun lebih pada sesuatu yang telah merekatkan hubungannya dengan keluarga.

Kiprah keatletan Icuk Sugiarto

Icuk kecil terlihat sudah tertarik pada bulu tangkis sejak berusia 12 tahun. Nampaknya orang tua Icuk tak ingin melepaskan minat dan bakat yang dimiliki putranya maka pada tahun 1974 Icuk pun dimasukkan ke dalam klub bulu tangkis pertamanya, yaitu Klub taruna, kemudian pindah ke klub Abadi Sekolah Atlet ragunan.
Dari tempat ini Icuk mendapat banyak pelajaran berharga yang membuatnya semakin mantap menitipkan hatinya pada olah raga yang pada awalnya dipopulerkan di Inggris ini.

Kejuaraan

Tak lengkap rasanya jika perjuangan melewati hari demi hari di kamp pelatihan tanpa diuji di lapangan pertandingan. Icuk mengikuti pertandingan bulu tangkis skala internasional pertamanya pada tahun 1979 yang membuatnya menyandang predikat sebagai Juara I Single ASEAN pelajar. Pertandingan demi pertandingan dilewatinya dengan gilang gemilang. Tak kurang dari tiga puluh pertandingan menjadi saksi kemenangannya. Hingga akhirnya pada tahun 1983, Icuk Sugiarto, atas nama Indonesia menyabet gelar yang paling bergengsi di dunia bulu tangkis: Juara Dunia Single.

Tahun Prestasi
1979 Juara I Single Asean Pelajar
1980 Juara I Double Nasional.
1981 Juara I Double India Terbuka.
1981 Juara Double PON IX.
1982 Juara I Double Asian Games.
1982, 1986 & 1988 Juara I Single Indonesia Terbuka.
1985 Juara Single PON X.
1983 s/d 1987 Juara Nasional.
1983 s/d 1986 Juara I Taiwan Terbuka.
1983 Juara Dunia Single.
1984 Juara I Single Malaysia Terbuka
1984 & 1985 Juara I Single Thailand Terbuka
1984 Juara I Single Belanda Terbuka
1985 Juara I Single Piala Dunia ALBA
1985, 1987 & 1989 Juara Single Sea Games
1986 Juara I Single China Terbuka
1986 Juara I Single Piala Dunia 555
1987 Runner Up Single All England
1988 Juara I Single Perancis Terbuka
1988 Juara I Single Hongkong Terbuka
1984, 1986, 1988 & 1990 Team Thomas Cup
1983, 1984 & 1985 Team Asia

Penghargaan

Perjuangannya membela nama bangsa tidak hanya sekali dua kali dilakukannya. Pemerintah pun tampaknya tidak menutup mata pada bakat dan prestasi yang diraihnya. Berbagai macam penghargaan diberikan padanya sebagai salah satu bentuk apresiasi yang diberikan pemerintah padanya. Sebut saja gelar atlet terbaik yang dianugrahkan sebanyak 4 kali oleh SIWO PWI padanya sebanyak 4 kali dalam kurun waktu sepuluh tahun, Bintang jasa Kelas I dari Menpora, hingga Bintang Satya Lencana Kebudayaan yang dianugrahkan Presiden RI pada tahun 1991.
Tahun Penghargaan
1983 Warga Teladan Kelas I di Solo dari Pemda.
1984 Mendapat tanda jasa Bintang Kelas I dari MENPORA.
1986 Atlet Terbaik Asia Pilihan Wartawan China.
1982, 1983, 1986 & 1988 Atlet Terbaik Indonesia Pilihan SIWO PWI.
1991 Mendapat Bintang Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden R.I.
1997 Mendapat Bintang Satya Jasa dari PB. PBSI.
1999 Mendapat Bintang Service Award dari IBF.
2007 Mendapat Gadget Award Kategori Tokoh Olahraga 2007.

Kiprah paska keatletan

Kendati Icuk Sugiarto telah menggantungkan raketnya pada tahun 1989, namun sang Juara Dunia tahun 1983 ini seakan tak mau melupakan bidang yang telah membesarkan namanya. Merasa memiliki tanggung jawab untuk memajukan dunia dunia bulu tangkis dalam negeri agar tak pernah kalah dengan negara-negara lain, Icuk pun masih tetap meluangkan waktunya untuk berkiprah dalam dunia bulu tangkis walau saat ini berada di balik layar.
Saat ini ia tercatat sebagai pelatih di PB Pelita Bakrie. Kerja kerasnya telah membuahkan hasil dengan mencetak atlet-atlet muda handal semisal Candra Wijaya, Nova Widianto, Markis Kido, Vita Marissa, Toni Gunawan Tak berhenti sampai disitu, segudang kegiatan yang terkait dengan bulu tangkis pun dilakoninya. Pada saat Icuk menjabat sebagai Ketua Pengurus Daerah DKI Jakarta juga salah satu Pengurus PB PBSI dan tak hanya itu, dia pun dipercaya oleh Menegpora Adhyaksa Dault untuk menjabat posisi Staf Ahli Menegpora untuk periode tahun 2004 hingga sekarang.
Sebagai mantan atlet, tak aneh rasanya jika dia sangat mengerti kebutuhan para atlet bulu tangkis. Dimulai dari sarana dan prasarana hingga program pelatihan yang diharapkan merata dari pusat hingga daerah. Ia berpendapat jika bibit-bibit unggul tidaklah harus berasal dari pusat, namun juga dapat digali di daerah-daerah, oleh karena itu pelakuan atlet baik yang berada di pusat maupun di daerah haruslah sama.
Tidak hanya atlet saja yang menjadi perhatiannya, namun juga basib para mantan atlet yang telah berjasa mengharumkan nama bangsa baik pada kancah nasional maupun internasional. Masalah-masalah yang terkait dengan keadaan ekonomi dan status kewarganegaraan mantan atlet (dan atlet saat ini) juga tak luput dari perhatiannya. Keinginannya saat ini adalah lebih meningkatkan prestasi bulu tangkis Indonesia di kancah internasional yang sempat selama beberapa tahun ini mati suri dengan membangun struktur organisasi yang kuat pada tubuh PBSI.
Tahun Jabatan
1989 – Sekarang Ketua Umum PB. Pelita Bakrie.
1997 – 2001 Direktur Pemandu Bakat PB. PBSI
1996-1999 & 1999-2002 Ketua Umum Pengcab PBSI Jakarta Barat.
2002-2006 & 2006-2010 Ketua Umum Pengda PBSI DKI Jakarta.
1994 – Sekarang Ketua Dewan Pimpinan Pusat Generasi Muda Kosgoro.
1994 – 1999 Ketua Dewan Pimpinan Pusat KNPI.
2000 – 2004 Ketua Dewan Pimpinan Pusat Garda Muda Merah Putih.
2005 - 2008 Anggota Majelis Pemuda Indonesia DPP KNPI
1998 Caleg DPR RI.
2004 – 2005 Ketua Bidang Pembinaan Prestasi & Pelatnas PB. PBSI.
2007 – 2011 Ketua Umum Pengurus Pusat IANI (Ikatan Atlet Nasional Indonesia).
2004 – Sekarang Staf Khusus MENPORA R.I.
2005 - Sekarang Komisaris Utama PT. Cipta Langit Biru
2005 – Sekarang Penasehat BPPOP (Badan Pusat Penyelenggara Olahraga Profesional)
2007- 2012 Ketua Departemen Olahraga DPP Partai Persatuan Pembangunan
2006- Sekarang Tim Ahli Lembaga Anti Doping Indonesia.
2007-2011 Ketua bidang dana PERTINA
2007 - Sekarang Ketua Umum Yayasan Peduli Atlet Indonesia/YPAI

Lihat pula

  • Tommy Sugiarto, putra Icuk Sugiarto yang juga terjun sebagai pemain bulu tangkis

Hariyanto Arbi


Hariyanto Arbi
Hariyanto Arbi.JPG
Informasi pribadi
Nama lahir Michael Ludwig Hariyanto Arbi
Tanggal lahir 21 Januari 1972 (umur 40)
Tempat lahir Kudus, Jawa Tengah
Tinggi 1.75 m (5 ft 9 in)
Asal negara  Indonesia
Rekor bertanding

Ranking dunia tertinggi 1 (7 Februari 1995[1])
Hariyanto Arbi (lahir di Kudus, Jawa Tengah, 21 Januari 1972; umur 40 tahun) adalah pemain bulu tangkis tunggal putra Indonesia. Jebolan PB Djarum ini mempunyai julukan Smash 100 Watt dan aktif bermain di era 1990an, terutama dari tahun 1990 sampai tahun 1996. Setelah pensiun ia menggeluti dunia bisnis peralatan olahraga bulu tangkis Flypower.

Daftar isi

Buku Hariyanto Arbi

Hariyanto Arbi mengeluarkan buku biografinya yang berjudul "Hariyanto Arbi Smash 100 Watt" pada hari Selasa 30 Mei 2006 sore tepat pukul 17.00 Wib di Primavera Hotel Hyatt Surabaya. Buku “Smash 100 Watt” setebal 250 lembar tersebut yang terdiri dari XIV (14) bab ini melukiskan perjalanan pemain Hariyanto Arbi dengan berbagai prestasi yang pernah diraih, baik di tingkat regional, nasional, maupun inetrnasional dengan juara dunianya yang dtulis oleh Broto Happy , penyusun Wahyu Agung, Juang Jayadi, yang cetakan pertama Mei 2006. Dalam buku tersebut yang dicetak dengan tampilan mewah dan full color tersebut dikisahkan bagimana perjuangan Hari sejak mulai merintis bersama klubnya PB Djarum hingga sukses sebagai pemian dunia. Dibahas pula bagimana kegalauan Hari saat di vonis mentok dan tidak bisa berprestasi lagi ketika di awal masuk Pelatnas, juga dikupas teknik jumping smash Hari yang mirip senjata rahasia sang idola Liem Swie King, bahkan tidak sedikit yang menyebut Hari adalah Reinkarnasi Liem Swie King.
Dalam peluncuran buku tersebut dihadiri Ketua Umum PB PBSI Sutiyoso , dan pengurus PB PBSI lainnya, mantan pemian bulu tangkis Indonesia seperti sang Maestro Rudi Hartono, Liem Swie King, Edi Hartono, Lius Pongoh dan pemain Indonesia saat ini seperti Taufik Hidayat, Sigit Budiarto serta Ketua Umum Pengprop PBSI Jatim Yacob Rusdianto dan beberapa pemain Pelatnas. Dalam peluncuruan buku tersebut Hariyanto didampingi mantan pelatihnya seperti Indra Gunawan, dan Eddy Prayitno. Hari adalah adik kandung dari pebulu tangkis putra nasional lainnya Hastomo Arbi dan Eddy Hartono. Ia pensiun dari bulu tangkis pada tahun 1997.
Hariyanto berkata bahwa “Terus terang saya merasa iri dengan banyaknya buku-buku olahraga, termasuk biografi atlet-atlet di luar negeri, hal tesebut dialami Hariyanto dan menyempatkan jalan-jalan di sela-sela mengikuti kejuaraan luar negeri, dan di berbagai kesempatan saya melihat banyak sekali buku-buku olahraga, alasan inilah yang melatari penerbitan buku biografi saya,”. Sedangkan sambutan Ketua Umum PB PBSI Sutiyoso mengatakan bahwa menyambut baik dengan penulisan buku Biografi Hariyanto Arbi, yang dikenal sebagai seorang atlet bulu tangkis Indonesia yang berhasil mengharumkan nama bangsa di arena perbulu tangkisan dunia. "Saya selaku Ketua Umum PB PBSI memberi perhatian besar kepada Hariyanto Arbi dan juga atlet bulu tangkis lainnya, dengan maksud agar mereka tergugah jiwa dan semnangatnya untuk mencapai prestasi dunia", ujar Sutiyoso.

Prestasi

Prestasi yang pernah di raih Hariyanto Arbi diantaranya juara Hongkong Terbuka tahun 1994 dan 1995, juara All England tahun 1993 dan 1994, Jepang Terbuka tahun 1993, 1995, Taipe Master tahun 1993, 1994, juara dunia 555 tahun 1994, ASEAN Games juara beregu tahun 1994 dan perorangan, Juara di kejuaraan Dunia tahun 1995, juara Piala Thomas tahun 1994, 1996,1998, 2000.

Alan Budikusuma


Alan Budikusuma Wiratama
Alanbudikusuma.jpg
Informasi pribadi
Nama lahir Alexander Alan Budikusuma Wiratama
Tanggal lahir 29 Maret 1968 (umur 44)
Tempat lahir Surabaya, Jawa Timur
Pasangan Susi Susanti
Anak Laurencia Averina
Albertus Edward
Sebastianus Frederick
Tinggi 1.79 m (5 ft 10 in)
Asal negara Bendera Indonesia
Rekor bertanding
Pegangan tangan Kanan
Catatan medali
Bulu tangkis Pria
Emas Olimpiade Barcelona 1992 Tunggal Putra
Alan Budikusuma Wiratama alias Goei Ren Fang (Dalam aksara Tionghoa: 魏仁芳), (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 29 Maret 1968; umur 44 tahun) adalah mantan pemain bulu tangkis Indonesia yang meraih medali emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona 1992 dalam nomor tunggal putra. Ia pensiun dari dunia bulu tangkis setelah Olimpiade Atlanta 1996.
Alan menikah dengan Susi Susanti, yang juga memenangkan medali emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona.

Prestasi

  • Medali Emas Olimpiade Barcelona 1992
  • Juara Malaysia Open 1995
  • Juara Indonesia Open 1993
  • Juara Invitasi Piala Dunia 1993
  • Juara German Open 1992
  • Juara China Open 1991
  • Juara Thailand Open 1989 dan 1991
  • Juara Dutch Open 1989

Penghargaan