Liem Swie King
Liem Swie King |
|
Informasi pribadi |
Tanggal lahir |
28 Februari 1956 (umur 56) |
Asal negara |
Indonesia |
Rekor bertanding |
Pegangan tangan |
Kanan |
Liem Swie King, (lahir di
Kudus,
Jawa Tengah,
28 Februari 1956; umur 56 tahun) adalah seorang pemain
bulu tangkis yang dulu selalu menjadi buah bibir sejak dia mampu menantang
Rudy Hartono di final
All England
tahun 1976 dalam usianya yang ke-20. Kemudian Swie King menjadi pewaris
kejayaan Rudy di kejuaraan paling bergengsi saat itu dengan tiga kali
menjadi juara ditambah empat kali menjadi finalis. Bila ditambah dengan
turnamen "grand prix" yang lain, gelar kemenangan Swie King menjadi
puluhan kali. Swie King juga menyumbang medali emas
Asian Games di
Bangkok 1978, dan enam kali membela tim
Piala Thomas. Tiga di antaranya Indonesia menjadi juara.
Mulai bermain bulu tangkis sejak kecil atas dorongan orangtuanya di
kota kelahiran Kudus, Swie King yang lahir 28 Februari 1956 akhirnya
masuk ke dalam klub
PB Djarum yang banyak melahirkan para pemain nasional.
Usai menang di
Pekan Olahraga Nasional
saat berusia 17 tahun, akhir 1973, Liem Swie King direkrut masuk
pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Setelah 15 tahun berkiprah,
Swie King merasa telah cukup dan mengundurkan diri pada tahun 1988. Saat
aktif sebagai pemain, Liem terkenal dengan pukulan
smash andalannya, berupa jumping smash, yang dijuluki sebagai King Smash.
Liem Swie King sebenarnya dari
marga Wu bukan
marga Lin.
Pergantian marga seperti ini pada masa dahulu zaman Hindia Belanda
biasa terjadi, pada masa itu seorang anak dibawah usia ketika memasuki
wilayah Hindia Belanda (Indonesia sekarang) harus ada orang tua yg
menyertainya, bila anak itu tidak beserta orang tua aslinya, maka oleh
orang tuanya akan dititipkan kepada "orang tua" yg lain, "orang tua" ini
bisa saja bermarga sama atau lain dari aslinya.
Perjalanan Hidup
TokohIndonesia.com 28/02/2009: Liem Swie King, pahlawan bulu tangkis
Indonesia, lahir di Kudus, Jawa Tengah, 28 Februari 1956. Dia pemain
legendaris bulu tangkis Indonesia setelah Rudy Hartono. Dia telah
puluhan kali mengharumkan nama Indonesia di pentas olahraga (bulu
tangkis) dunia. Ia terkenal dengan pukulan jumping smash, yang dijuluki
sebagai King Smash.
Sejak kecil Swie King sudah bermain bulu tangkis atas dorongan
orangtuanya di Kudus, kota kelahirannya. Kepiawaiannya bermain bulu
tangkis makin terasah ketika ia masuk ke dalam klub PB Djarum yang telah
banyak melahirkan para pemain nasional.
Dalam catatan Pusat Data Tokoh Indonesia, Liem Swie King meraih
berbagai prestasi selama 15 tahun berkiprah di bulu tangkis. Pertama
kali, Swie King meraih Juara I Yunior se-Jawa Tengah (1972). Pada usia
17 tahun (1973), ia menjuarai (II) Pekan Olahraga Nasional. Setelah itu,
Liem Swie King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C
Senayan. Ia pun meraih Juara Kejurnas 1974 dan 1975.
Kemudian berkiprah di kejuaraan internasional, meraih Juara II All
England (1976 & 1977). Kemudian tiga kali menjadi juara All England
(1978, 1979, 1981), kejuaraan paling bergengsi kala itu. Selain itu,
puluhan medali grand prix lainya, medali emas Asian Games di Bangkok
1978, dan tiga medali emas Piala Thomas (1976, 1979, 1984) dari enam
kali membela tim Piala Thomas. Ketika menantang Sang Legendaris Rudy
Hartono di final All England tahun 1976, usianya masih 20 tahun. Setelah
itu, Liem Swie King menjadi penerus kejayaan Rudy.
Demi Masa Depan
Demi menjamin masa depan, ia pun mengundurkan diri sebagai pemain
nasional bulu tangkis tahun 1988. Kendati ia tidak langsung bisa
menemukan kegiaatan usaha untuk mencapai cita-citanya. Setahun setelah
berhenti itu, King nyaris dapat dikatakan menganggur. Sebab keahlian dan
pengetahuan yang dia miliki hanyalah olahraga bulu tangkis.
Kemudian ia mulai ikut mengelola sebuah hotel di Jalan Melawai
Jakarta Selatan milik mertuanya. Setelah itu, ia melebarkan sayap dengan
membuka usaha griya pijat kesehatan. Kini usahanya telah mempekerjakan
lebih dari 400 karyawan. Berkantornya di Kompleks Perkantoran Grand
Wijaya Centre Jakarta Selatan.
Bagaimana King bisa tertarik pada bisnis perhotelan dan pijat
kesehatan? Rupanya sebagai pemain bulu tangkis yang sering menginap di
hotel berbintang, King tertarik dengan keindahan penataan hotel dan
keramahan para pekerjanya. Begitu pula soal griya pijat. Saat menjadi
atlet, King selalu membutuhkan terapi pijat setelah lelah berlatih dan
bertanding. Kala itu, ia kerap mengunjungi griya pijat kesehatan di
kawasan Mayestik Jakarta Selatan yang penataan ruangannya begitu bagus.
Ia pun berpikir bahwa usaha pijat kesehatan (spa) ini sangat
prospektif. Kalangan eksekutif dan pengusaha Jakarta yang gila kerja
butuh kesegaran fisik dan relaksasi. Maka dia membuka usaha griya pijat
kesehatan Sari Mustika. Kini, dia telah membukanya di tiga lokasi, Grand
Wijaya Centre, Jalan Fatmawati Jakarta Selatan, dan Kelapa Gading
Jakarta Utara dengan total karyawan sekitar 200 orang. Dalam mengelola
usahanya, ia pun tidak sungkan-sungkan menyambut sendiri tamu hotel atau
griya pijatnya.
Hasilnya, selain usahawan dan eksekutif lokal, serta
keluarga-keluarga menengah atas Jakarta, banyak ekspatriat menjadi
pelanggan griyanya. Ia pun merasa bahagia karena bisa membuktikan griya
pijat tidak selalu berkonotasi jelek seperti yang dibayangkan kebanyakan
orang.
Menurut informasi dari kerabat dekatnya, Liem Swie King sebenarnya dari
marga Oei bukan marga Liem. Pergantian marga seperti ini pada masa
dahulu zaman Hindia Belanda biasa terjadi, pada masa itu seorang anak
dibawah usia ketika memasuki wilayah Hindia Belanda (Indonesia sekarang)
harus ada orang tua yg menyertainya, bila anak itu tidak beserta orang
tua aslinya, maka oleh orang tuanya akan dititipkan kepada "orang tua"
yg lain, "orang tua" ini bisa saja bermarga sama atau lain dari aslinya.
Pebulu tangkis yang pernah terjun ke dunia film sebagai bintang film
Sakura dalam Pelukan, ini kini hidup bahagia bersama isteri dan tiga
orang anaknya Alexander King, Stevani King dan Michele King. Ternyata,
anak-anaknya tidak tahu bahwa King seorang pahlawan bulu tangkis
Indonesia.
Belakangan, Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale, pemilik rumah produksi
Alenia, mernjadikan kehebatan Liem Swie King dalam dunia bulu tangkis
Indonesia sebagai inspirasi untuk membuat film tentang bulu tangkis.
Film itu memang bukan bercerita tentang kisah kehidupan King. Akan
tetapi, dalam film itu, King menjadi inspirasi bagi seorang ayah yang
kagum pada King, lalu memotivasi putranya untuk bisa menjadi juara
seperti King. ►Tian Son Lang
Kiprah di luar bulu tangkis
Pendidikan
- SD, Kudus (1968) - SMP, Kudus (1971) - SMA, Kudus (1974)
Karier
- Pebulu tangkis Indonesia - Pengusaha Hotel dan Spa
Prestasi
Nasional
- Juara I Yunior se-Jawa Tengah (1972)
- Juara II PON 1973
- Juara Kejurnas 1974, 1975
International
-Tunggal-
- 1974: Semi Finalis Asian Games Tehran
- 1976: Finalis All England Open, Finalis Kejuaraan Asia
- 1977: Finalis All England Open, Juara Denmark Open, Juara Swedia Open, Juara SEA Games
- 1978: Juara All England Open, Juara Asian Games Bangkok
- 1979: Juara All England Open
- 1980: Finalis Kejuaraan Dunia, Finalis All England
- 1981: Juara All England Open, Semi Finalis World Games St.Clara, Juara SEA Games
- 1982: Finalis Asian Games New Dehli, Juara Piala Dunia
- 1983: Finalis Kejuaraan Dunia, Juara Indonesia Open, Juara Malaysia Open
- 1984: Finalis All England Open, Finalis World Badminton Grand Prix
- 1985: Semi Finalis All England Open
Ganda
- 1983: Finalis SEA Games (bersama Hadibowo)
- 1984: Juara Piala Dunia (bersama Kartono Hariamanto)
- 1985: Juara Piala Dunia, Juara Indonesia Open, Semi Finalis Kejuaraan Dunia , Finalis SEA Games (bersama Kartono Hariamanto)
- 1986: Juara Piala Dunia, Semi Finalis Asian Games Seoul (bersama
Bobby Ertanto); Juara Indonesia Open (bersama Kartono Hariamanto)
- 1987: Juara Asia (bersama Bobby Ertanto); Juara SEA Games, Juara
Japan Open, Juara Indonesia Open, Juara Taiwan Open, Finalis Thailand
Open (bersama Eddy Hartono)
Beregu
- 1976: Juara Piala Thomas
- 1977: Juara SEA Games
- 1978: Juara Asian Games
- 1979: Juara Piala Thomas, Juara SEA Games
- 1981: Finalis SEA Games
- 1982: Finalis Piala Thomas, Finalis Asian Games
- 1983: Juara SEA Games
- 1984: Juara Piala Thomas
- 1985: Juara SEA Games
- 1986: Finalis Piala Thomas, Semi Finalis Asian Games
- 1987: Juara SEA Games