Kamis, 31 Mei 2012

Ivanna Lie

Ivanna Lie


Ivanna Lie
Sm16lie29epsx.jpg
Informasi pribadi
Nama lahir Ivanna Lie Ing Hoa
Tanggal lahir 7 Maret 1960 (umur 52)
Tempat lahir Bandung, Jawa Barat
Asal negara Bendera Indonesia Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Rekor bertanding
Ivanna Lie Ing Hoa (lahir di Bandung, Jawa Barat, 7 Maret 1960; umur 52 tahun) adalah pemain bulu tangkis Indonesia era 1980-an.

Daftar isi

Pendidikan

  • SD, Bandung (1973)
  • SMP, Bandung (1976)
  • SMA Ragunan, Jakarta (1980)

Prestasi

Tunggal Putri

Ganda Putri

Ganda campuran

Beregu Putri

Kegiatan kini

  • Menggeluti usaha garmen dengan merk Levana (sudah tidak aktif)
  • Sebagai pelatih bulu tangkis, mengkhususkan diri melatih anak-anak, dengan olahraga hasil temuannya, badmini, olahraga bulu tangkis yang dimodifikasi untuk anak-anak.

Imelda Wigoena

Imelda Wigoena

 

Imelda Wigoena Koerniawan atau Imelda Wiguna Kurniawan (lahir di Slawi, Tegal, Jawa Tengah, 12 Oktober 1951; umur 60 tahun) adalah seorang pemain bulu tangkis Indonesia di era tahun 1970-an sampai 1980-an. Ia banyak meraih gelar juara dalam berbagai kejuaraan internasional, baik dalam dalam nomor ganda putri maupun ganda campuran. Pemain-pemain yang pernah berpasangan dengannya adalah Theresia Widiastuti, Verawaty Fajrin, Christian Hadinata, dan Rosiana Tendean. Imelda berhasil meraih gelar juara ganda putri dan ganda campuran dalam All England 1979 saat berpasangan dengan Verawaty Fadjrin dan Christian Hadinata.
Pada perebutan Piala Uber 1975 di Jakarta, Imelda Wigoena bersama dengan Theresia Widiastuti, Utami Dewi, Tati Sumirah, Minarni Soedaryanto, dan Regina Masli berhasil mempersembahkan Piala Uber untuk pertama kalinya bagi Indonesia setelah di final menundukkan Jepang dengan skor 5-2. Imelda yang berpasangan dengan Theresia Widiastuti berhasil menyumbangkan dua angka kemenangan dengan menundukkan pasangan Hiroe Yuki/ M. Ikeda (15-4, 15-9) dan pasangan Etsuko Takenaka/ Machiko Aizawa (17-14, 15-0).
Setelah pensiun dari bulutangkis, Imelda sempat berkarier sebagai karyawan bank sebelum akhirnya menjadi Evangelist.

Daftar isi

Prestasi

Ganda Putri

  • Juara Denmark Terbuka 1974-1975 (Imelda Wigoena/ Theresia Widiastuti)
  • Juara Skotlandia Terbuka 1975 (Imelda Wigoena/ Theresia Widiastuti)
  • Finalis All England 1975 (Imelda Wigoena/ Theresia Widiastuti)
  • Juara Piala Uber 1975 (Tim Indonesia)
  • Juara Belanda Terbuka 1977 (Verwaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Juara Denmark Terbuka 1977-1978 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Medali Emas Asian Games 1978 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Juara SEA Games 1979 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Juara All England 1979 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Juara Kanada Terbuka 1979 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Finalis Kejuaraan Dunia 1980 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
  • Medali Perak SEA Games 1981 (Theresia Widiastuti/ Imelda Wigoena)
  • Medali Emas SEA Games 1985 (Rosiana Tendean/ Imelda Wigoena)
  • Medali Perunggu Asian Games 1986 (Rosiana Tendean/ Imelda Wigoena)
  • Finalis Piala Uber 1978, 1986 (Tim Indonesia)

Ganda Campuran

  • Juara Kanada Terbuka 1979 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Juara All England 1979 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Juara SEA Games 1979 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Juara Kejuaraan Dunia 1980 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Finalis All England 1980 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Finalis All England 1981 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Medali Perunggu World Games 1981 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)
  • Medali Emas SEA Games 1981 (Rudy Heryanto/ Imelda Wigoena)
  • Medali Emas SEA Games 1985 (Christian Hadinata/ Imelda Wigoena)

Minarni Soedaryanto

Minarni Soedaryanto

 

Langsung ke: navigasi, cari
Minarni Soedaryanto atau Minarni Sudaryanto (lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 10 Mei 1944 – meninggal di Jakarta, 14 Mei 2003 pada umur 59 tahun) adalah seorang pemain bulu tangkis terkenal Indonesia di era tahun 1959 sampai 1975-an. Ia yang menjadi pemain pelatnas sejak berusia 15 tahun, berhasil meraih gelar juara All England, Malaysia Terbuka, AS Terbuka, Kanada Terbuka, Asian Games, dan Piala Uber.
Pada All England 1968, PB PBSI yang mengirimkan Rudy Hartono, Ang Tjin Siang, Minarni Soedaryanto, dan Retno Kustiyah berhasil mencatatkan prestasi yang gemilang. Rudi Hartono meraih juara, Muljadi meraih medali perunggu, Minarni meraih medali perak tunggal putri, dan ganda Minarni/ Retno Koestijah meraih juara. Minarni menjadi pemain bulu tangkis putri Indonesia pertama yang bisa mencapai babak final kejuaraan All England.
Pada perebutan Piala Uber 1975 di Jakarta, Tim Indonesia yang diperkuat oleh Theresia Widiastuti, Imelda Wigoena, Utami Dewi, Tati Sumirah, Minarni Soedaryanto, dan Regina Masli berhasil mempersembahkan Piala Uber untuk pertama kalinya bagi Indonesia setelah di final menundukkan Jepang dengan skor 5-2. Kemenangan ini menjadi pembalasan, setelah sebelumnya Minarni dan kawan-kawan gagal meraih gelar juara karena dikalahkan Jepang dalam babak final Piala Uber 1969 (skor 1-6) dan 1972 (skor 1-6).
Setelah pensiun dari pemain, Minarni yang telah memperkuat Tim Uber Indonesia sebanyak lima kali (1960, 1963, 1966, 1969, dan 1975) kemudian berkarier sebagai pelatih bulu tangkis di pelatnas serta aktif dalam organisasi PB PBSI.
Minarni meninggal dunia dalam usia 59 tahun di RS Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan pada 14 Mei 2003 karena komplikasi radang paru-paru dan lever. Jenasah dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan.

Daftar isi

Prestasi

Tunggal Putri

  • Finalis Piala Uber 1969 (Tim Indonesia)
  • Finalis Piala Uber 1972 (Tim Indonesia)
  • Juara Piala Uber 1975 (Tim Indonesia)
  • Juara Malaysia Terbuka 1960
  • Medali Emas Asian Games 1962
  • Juara Malaysia Terbuka 1966
  • Juara Malaysia Terbuka 1967
  • Finalis All England 1968
  • Juara AS Terbuka 1969

Ganda Putri

  • Medali Emas Asian Games 1962 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Medali Emas Asian Games 1966 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Juara Malaysia Terbuka 1966 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Juara Malaysia Terbuka 1967 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Juara All England 1968 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Juara Kanada Terbuka 1969 (Minarni/ Retno Koestijah)
  • Juara AS Terbuka 1969 (Minarni/ Retno Koestijah)

Ganda Campuran

  • Juara Kanada Terbuka 1969 (Darmadi/ Minarni)

Tan Joe Hok Legenda Hidup Badminton

Tan Joe Hok


Tan Joe Hok
Tan Joe Hok alias Hendra Kartanegara (Hanzi: 陈甲亮, Pinyin: Chén Jiǎliàng) (lahir di Bandung, Jawa Barat, 11 Agustus 1937; umur 74 tahun) adalah pemain bulu tangkis Indonesia di era tahun 1960-an. Ia adalah putra Indonesia pertama yang menjuarai All England dan meraih medali emas Asian Games. Selain itu, Ia bersama enam pebulu tangkis Indonesia lainnya merebut Piala Thomas untuk pertama kalinya. Pada masanya, Tan Joe Hok mempunyai nama besar sebagai atlet kebanggaan Indonesia karena prestasinya mengharumkan nama bangsa.
Tan Joe Hok bersama dengan Ferry Sonneville, Lie Poo Djian, Tan King Gwan, Njoo Kim Bie, Eddy Jusuf, dan Olich Solihin merupakan perintis Tim Thomas Indonesia yang dikenal sebagai “tujuh pendekar" bulu tangkis tanah air. Mereka berhasil menjuarai Piala Thomas 1958 setelah menaklukkan juara bertahan Malaysia (dahulu bernama Malaya) dalam babak penantangan (chalenge round) dengan skor 6-3 di Singapore Badminton Hall, Singapura (dahulu merupakan bagian negara Malaya). Dalam perebutan Piala Thomas tersebut, Tan Joe Hok bermain sebagai pemain tunggal sekaligus pemain ganda (berpasangan dengan Lie Poo Djian).
Setelah pensiun dari pemain bulu tangkis, Tan Joe Hok sempat menjadi pelatih bulu tangkis di Meksiko dan Hongkong. Ia bergabung menjadi pelatih PB Djarum tahun 1982 dan merangkap sebagai project manager cabang PB Djarum di Jakarta.
Ia kemudian diangkat menjadi pelatih pelatnas Piala Thomas 1984 dan berkat bimbingannya Tim Bulu Tangkis Indonesia berhasil menjuarai Piala Thomas 1984 dengan munundukkan China. Atas prestasinya SIWO/ PWI Jaya menganugerahkan penghargaan sebagai Pelatih Olah Raga Terbaik 1984.

Daftar isi

Pendidikan

Prestasi

Karier

  • Pelatih bulu tangkis di Meksiko (1969-1970)
  • Pelatih bulu tangkis di Hongkong (1971)
  • Pelatih bulu tangkis PB Jarum Kudus (1982)
  • Pelatih Tim Thomas Cup (1984)
  • Direktur Mandala Pest Control (1973-sekarang)

Penghargaan

  • Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Nararya
  • Pelatih Olah Raga Terbaik 1984 dari SIWO/ PWI Jaya

Lain-lain

  • Tan menolak gelar pahlawan Piala Thomas Indonesia, namun lebih senang menyebut dirinya dan kawan-kawannya sebagai pionir daripada pahlawan.
  • Film biografi layar lebar tentang Tan Joe Hok sedang diproduksi dengan judul Tan.

Icuk Sugiarto

Icuk Sugiarto

 


Icuk Sugiarto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 4 Oktober 1962; umur 49 tahun) adalah juara dunia bulu tangkis tahun 1983, yang juga adalah legenda tunggal putra bulu tangkis Indonesia bersama Liem Swie King, Lius Pongoh, Hastomo Arbi, Kartono,dll serta pahlawan bulu tangkis Indonesia di era 1980-an bersama pemain - pemain bulu tangkis Indonesia yang lainnya. Ia sekarang menjadi salah satu staf ahli menpora di eranya SBY-JK.
Icuk dikenal sebagai atlet bulu tangkis yang kerap menjuarai pertandingan baik di dalam maupun luar negeri. Kiprahnya dalam dunia bulu tangkis memuncak pada saat dia memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia yang telah memberikannya gelar Juara Dunia pada tahun 1983 dan 1986. Teknik-teknik tajam yang dahulu digunakannya pada setiap pertandingan seakan melegenda. Bahkan hingga kini, diusianya yang ke 46, beliau masih belum kehilangan kelihaiannya dalam bemain bulu tangkis. Hal ini dibuktikan dengan kepiawaiannya melatih anak didiknya di klub PB Pelita Bakrie.
Suami dari Hj. Nina Yaroh dan ayah dari Natassia Octaviani Sugiarto, Tommy Sugiarto, dan Jauza Fadhilla Sugiarto ini seakan tak dapat dipisahkan dari bulu tangkis. Kendati kariernya menjadi atlet bulu tangkis telah selesai, namun dia tetap berjuang dengan segala cara untuk meningkatkan permainan atlet-atlet bulu tangkis Indonesia agar selalu dapat menorehkan prestasi tertinggi pada setiap pertandingannya.

Daftar isi

Latar belakang dan keluarga

Putera ke tiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Harjo Sudarmo dan Ciptaningsih (alm) ini sudah menunjukkan bakatnya dalam bermain bulu tangkis semenjak menginjak usia 12 tahun. Orang tua Icuk sendiri tak pernah menyia-nyiakan bakat yang dimiliki puteranya itu. Sejak dini Icuk digembleng di klub di daerahnya, Solo, hingga akhirnya dia diboyong ke Jakarta.
Icuk memulai pendidikan formalnya di SD Negeri 3 Kratonan dan SMP Negeri 1 yang keduanya berada di Solo. Karena kemampuannya yang dirasa semakin lama semakin meningkat, Icuk pun mendapatkan kesempatan untuk hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri Ragunan.
Pada tahun 1983 Icuk menikah dengan Hj. Nina Yaroh seorang atlet bulu tangkis putri nasional dari Medan, dan pada tahun 1984 pasangan tersebut dianugrahi anak pertama mereka, Natassia Octaviani Sugiarto, dan menyusul Tommy Sugiarto dan si bungsu Jauza Fadhilla Sugiarto pada tahun 1988 dan 1999.
Tommy Sugiarto sendiri saat ini sedang merintis karier pada bidang yang sama dengan yang digeluti oleh sang ayah, bulu tangkis, yang telah membawanya sebagai atlet bulu tangkis terbaik di level 14 tahun ke bawah untuk tingkat DKI Jakarta. Tommy terpilih sebagai tunggal keempat tim Piala Thomas Indonesia tahun 2008. Prestasinya bisa dibilang membanggakan Icuk. di usia 14 tahun, dia sudah bisa membawa Klub Bulu Tangkis Pelita Bakrie tempat ia bernaung menjadi juara umum ditingkat cabang PBSI Jakarta Barat dengan meraih gelar di nomor Tunggal Remaja dan Taruna serta Ganda Remaja Putra.
Tommy saat itu juga sudah mampu tampil di ajang bulu tangkis nasional, Samsung-SGS II yang diselenggarakan di Bandung, di partai pamungkas dan berhasil menembus final tunggal remaja. 2 tahun belakangan ini prestasinya bisa dibilang lumayan. Tampaknya teladan ayahnya menjadikannya selalu berusaha lebih keras dari waktu ke waktu sehingga diharapkan dapat menyaingi reputasi ayahnya di bidang bulu tangkis kelak.
Tampaknya Icuk Sugiarto memang tak dapat jauh dari dunia bulu tangkis. Karena selain Tommy Sugiarto yang telah mengikuti jejaknya untuk menjadi pemain bulu tangkis profesional, Hj. Nina Yaroh, sang istri, saat ini juga menjabat sebagai Ketua Kepengurusan cabang PBSI daerah Jakarta Barat. Terbukti sekali kecintaan Icuk pada bulu tangkis sangat tinggi, karena baginya bulu tangkis bukan lagi sekadar olah raga yang dapat mendatangkan medali dari pertandingan-pertandingan dalam dan luar negeri, namun lebih pada sesuatu yang telah merekatkan hubungannya dengan keluarga.

Kiprah keatletan Icuk Sugiarto

Icuk kecil terlihat sudah tertarik pada bulu tangkis sejak berusia 12 tahun. Nampaknya orang tua Icuk tak ingin melepaskan minat dan bakat yang dimiliki putranya maka pada tahun 1974 Icuk pun dimasukkan ke dalam klub bulu tangkis pertamanya, yaitu Klub taruna, kemudian pindah ke klub Abadi Sekolah Atlet ragunan.
Dari tempat ini Icuk mendapat banyak pelajaran berharga yang membuatnya semakin mantap menitipkan hatinya pada olah raga yang pada awalnya dipopulerkan di Inggris ini.

Kejuaraan

Tak lengkap rasanya jika perjuangan melewati hari demi hari di kamp pelatihan tanpa diuji di lapangan pertandingan. Icuk mengikuti pertandingan bulu tangkis skala internasional pertamanya pada tahun 1979 yang membuatnya menyandang predikat sebagai Juara I Single ASEAN pelajar. Pertandingan demi pertandingan dilewatinya dengan gilang gemilang. Tak kurang dari tiga puluh pertandingan menjadi saksi kemenangannya. Hingga akhirnya pada tahun 1983, Icuk Sugiarto, atas nama Indonesia menyabet gelar yang paling bergengsi di dunia bulu tangkis: Juara Dunia Single.

Tahun Prestasi
1979 Juara I Single Asean Pelajar
1980 Juara I Double Nasional.
1981 Juara I Double India Terbuka.
1981 Juara Double PON IX.
1982 Juara I Double Asian Games.
1982, 1986 & 1988 Juara I Single Indonesia Terbuka.
1985 Juara Single PON X.
1983 s/d 1987 Juara Nasional.
1983 s/d 1986 Juara I Taiwan Terbuka.
1983 Juara Dunia Single.
1984 Juara I Single Malaysia Terbuka
1984 & 1985 Juara I Single Thailand Terbuka
1984 Juara I Single Belanda Terbuka
1985 Juara I Single Piala Dunia ALBA
1985, 1987 & 1989 Juara Single Sea Games
1986 Juara I Single China Terbuka
1986 Juara I Single Piala Dunia 555
1987 Runner Up Single All England
1988 Juara I Single Perancis Terbuka
1988 Juara I Single Hongkong Terbuka
1984, 1986, 1988 & 1990 Team Thomas Cup
1983, 1984 & 1985 Team Asia

Penghargaan

Perjuangannya membela nama bangsa tidak hanya sekali dua kali dilakukannya. Pemerintah pun tampaknya tidak menutup mata pada bakat dan prestasi yang diraihnya. Berbagai macam penghargaan diberikan padanya sebagai salah satu bentuk apresiasi yang diberikan pemerintah padanya. Sebut saja gelar atlet terbaik yang dianugrahkan sebanyak 4 kali oleh SIWO PWI padanya sebanyak 4 kali dalam kurun waktu sepuluh tahun, Bintang jasa Kelas I dari Menpora, hingga Bintang Satya Lencana Kebudayaan yang dianugrahkan Presiden RI pada tahun 1991.
Tahun Penghargaan
1983 Warga Teladan Kelas I di Solo dari Pemda.
1984 Mendapat tanda jasa Bintang Kelas I dari MENPORA.
1986 Atlet Terbaik Asia Pilihan Wartawan China.
1982, 1983, 1986 & 1988 Atlet Terbaik Indonesia Pilihan SIWO PWI.
1991 Mendapat Bintang Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden R.I.
1997 Mendapat Bintang Satya Jasa dari PB. PBSI.
1999 Mendapat Bintang Service Award dari IBF.
2007 Mendapat Gadget Award Kategori Tokoh Olahraga 2007.

Kiprah paska keatletan

Kendati Icuk Sugiarto telah menggantungkan raketnya pada tahun 1989, namun sang Juara Dunia tahun 1983 ini seakan tak mau melupakan bidang yang telah membesarkan namanya. Merasa memiliki tanggung jawab untuk memajukan dunia dunia bulu tangkis dalam negeri agar tak pernah kalah dengan negara-negara lain, Icuk pun masih tetap meluangkan waktunya untuk berkiprah dalam dunia bulu tangkis walau saat ini berada di balik layar.
Saat ini ia tercatat sebagai pelatih di PB Pelita Bakrie. Kerja kerasnya telah membuahkan hasil dengan mencetak atlet-atlet muda handal semisal Candra Wijaya, Nova Widianto, Markis Kido, Vita Marissa, Toni Gunawan Tak berhenti sampai disitu, segudang kegiatan yang terkait dengan bulu tangkis pun dilakoninya. Pada saat Icuk menjabat sebagai Ketua Pengurus Daerah DKI Jakarta juga salah satu Pengurus PB PBSI dan tak hanya itu, dia pun dipercaya oleh Menegpora Adhyaksa Dault untuk menjabat posisi Staf Ahli Menegpora untuk periode tahun 2004 hingga sekarang.
Sebagai mantan atlet, tak aneh rasanya jika dia sangat mengerti kebutuhan para atlet bulu tangkis. Dimulai dari sarana dan prasarana hingga program pelatihan yang diharapkan merata dari pusat hingga daerah. Ia berpendapat jika bibit-bibit unggul tidaklah harus berasal dari pusat, namun juga dapat digali di daerah-daerah, oleh karena itu pelakuan atlet baik yang berada di pusat maupun di daerah haruslah sama.
Tidak hanya atlet saja yang menjadi perhatiannya, namun juga basib para mantan atlet yang telah berjasa mengharumkan nama bangsa baik pada kancah nasional maupun internasional. Masalah-masalah yang terkait dengan keadaan ekonomi dan status kewarganegaraan mantan atlet (dan atlet saat ini) juga tak luput dari perhatiannya. Keinginannya saat ini adalah lebih meningkatkan prestasi bulu tangkis Indonesia di kancah internasional yang sempat selama beberapa tahun ini mati suri dengan membangun struktur organisasi yang kuat pada tubuh PBSI.
Tahun Jabatan
1989 – Sekarang Ketua Umum PB. Pelita Bakrie.
1997 – 2001 Direktur Pemandu Bakat PB. PBSI
1996-1999 & 1999-2002 Ketua Umum Pengcab PBSI Jakarta Barat.
2002-2006 & 2006-2010 Ketua Umum Pengda PBSI DKI Jakarta.
1994 – Sekarang Ketua Dewan Pimpinan Pusat Generasi Muda Kosgoro.
1994 – 1999 Ketua Dewan Pimpinan Pusat KNPI.
2000 – 2004 Ketua Dewan Pimpinan Pusat Garda Muda Merah Putih.
2005 - 2008 Anggota Majelis Pemuda Indonesia DPP KNPI
1998 Caleg DPR RI.
2004 – 2005 Ketua Bidang Pembinaan Prestasi & Pelatnas PB. PBSI.
2007 – 2011 Ketua Umum Pengurus Pusat IANI (Ikatan Atlet Nasional Indonesia).
2004 – Sekarang Staf Khusus MENPORA R.I.
2005 - Sekarang Komisaris Utama PT. Cipta Langit Biru
2005 – Sekarang Penasehat BPPOP (Badan Pusat Penyelenggara Olahraga Profesional)
2007- 2012 Ketua Departemen Olahraga DPP Partai Persatuan Pembangunan
2006- Sekarang Tim Ahli Lembaga Anti Doping Indonesia.
2007-2011 Ketua bidang dana PERTINA
2007 - Sekarang Ketua Umum Yayasan Peduli Atlet Indonesia/YPAI

Lihat pula

  • Tommy Sugiarto, putra Icuk Sugiarto yang juga terjun sebagai pemain bulu tangkis

Hariyanto Arbi


Hariyanto Arbi
Hariyanto Arbi.JPG
Informasi pribadi
Nama lahir Michael Ludwig Hariyanto Arbi
Tanggal lahir 21 Januari 1972 (umur 40)
Tempat lahir Kudus, Jawa Tengah
Tinggi 1.75 m (5 ft 9 in)
Asal negara  Indonesia
Rekor bertanding

Ranking dunia tertinggi 1 (7 Februari 1995[1])
Hariyanto Arbi (lahir di Kudus, Jawa Tengah, 21 Januari 1972; umur 40 tahun) adalah pemain bulu tangkis tunggal putra Indonesia. Jebolan PB Djarum ini mempunyai julukan Smash 100 Watt dan aktif bermain di era 1990an, terutama dari tahun 1990 sampai tahun 1996. Setelah pensiun ia menggeluti dunia bisnis peralatan olahraga bulu tangkis Flypower.

Daftar isi

Buku Hariyanto Arbi

Hariyanto Arbi mengeluarkan buku biografinya yang berjudul "Hariyanto Arbi Smash 100 Watt" pada hari Selasa 30 Mei 2006 sore tepat pukul 17.00 Wib di Primavera Hotel Hyatt Surabaya. Buku “Smash 100 Watt” setebal 250 lembar tersebut yang terdiri dari XIV (14) bab ini melukiskan perjalanan pemain Hariyanto Arbi dengan berbagai prestasi yang pernah diraih, baik di tingkat regional, nasional, maupun inetrnasional dengan juara dunianya yang dtulis oleh Broto Happy , penyusun Wahyu Agung, Juang Jayadi, yang cetakan pertama Mei 2006. Dalam buku tersebut yang dicetak dengan tampilan mewah dan full color tersebut dikisahkan bagimana perjuangan Hari sejak mulai merintis bersama klubnya PB Djarum hingga sukses sebagai pemian dunia. Dibahas pula bagimana kegalauan Hari saat di vonis mentok dan tidak bisa berprestasi lagi ketika di awal masuk Pelatnas, juga dikupas teknik jumping smash Hari yang mirip senjata rahasia sang idola Liem Swie King, bahkan tidak sedikit yang menyebut Hari adalah Reinkarnasi Liem Swie King.
Dalam peluncuran buku tersebut dihadiri Ketua Umum PB PBSI Sutiyoso , dan pengurus PB PBSI lainnya, mantan pemian bulu tangkis Indonesia seperti sang Maestro Rudi Hartono, Liem Swie King, Edi Hartono, Lius Pongoh dan pemain Indonesia saat ini seperti Taufik Hidayat, Sigit Budiarto serta Ketua Umum Pengprop PBSI Jatim Yacob Rusdianto dan beberapa pemain Pelatnas. Dalam peluncuruan buku tersebut Hariyanto didampingi mantan pelatihnya seperti Indra Gunawan, dan Eddy Prayitno. Hari adalah adik kandung dari pebulu tangkis putra nasional lainnya Hastomo Arbi dan Eddy Hartono. Ia pensiun dari bulu tangkis pada tahun 1997.
Hariyanto berkata bahwa “Terus terang saya merasa iri dengan banyaknya buku-buku olahraga, termasuk biografi atlet-atlet di luar negeri, hal tesebut dialami Hariyanto dan menyempatkan jalan-jalan di sela-sela mengikuti kejuaraan luar negeri, dan di berbagai kesempatan saya melihat banyak sekali buku-buku olahraga, alasan inilah yang melatari penerbitan buku biografi saya,”. Sedangkan sambutan Ketua Umum PB PBSI Sutiyoso mengatakan bahwa menyambut baik dengan penulisan buku Biografi Hariyanto Arbi, yang dikenal sebagai seorang atlet bulu tangkis Indonesia yang berhasil mengharumkan nama bangsa di arena perbulu tangkisan dunia. "Saya selaku Ketua Umum PB PBSI memberi perhatian besar kepada Hariyanto Arbi dan juga atlet bulu tangkis lainnya, dengan maksud agar mereka tergugah jiwa dan semnangatnya untuk mencapai prestasi dunia", ujar Sutiyoso.

Prestasi

Prestasi yang pernah di raih Hariyanto Arbi diantaranya juara Hongkong Terbuka tahun 1994 dan 1995, juara All England tahun 1993 dan 1994, Jepang Terbuka tahun 1993, 1995, Taipe Master tahun 1993, 1994, juara dunia 555 tahun 1994, ASEAN Games juara beregu tahun 1994 dan perorangan, Juara di kejuaraan Dunia tahun 1995, juara Piala Thomas tahun 1994, 1996,1998, 2000.

Alan Budikusuma


Alan Budikusuma Wiratama
Alanbudikusuma.jpg
Informasi pribadi
Nama lahir Alexander Alan Budikusuma Wiratama
Tanggal lahir 29 Maret 1968 (umur 44)
Tempat lahir Surabaya, Jawa Timur
Pasangan Susi Susanti
Anak Laurencia Averina
Albertus Edward
Sebastianus Frederick
Tinggi 1.79 m (5 ft 10 in)
Asal negara Bendera Indonesia
Rekor bertanding
Pegangan tangan Kanan
Catatan medali
Bulu tangkis Pria
Emas Olimpiade Barcelona 1992 Tunggal Putra
Alan Budikusuma Wiratama alias Goei Ren Fang (Dalam aksara Tionghoa: 魏仁芳), (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 29 Maret 1968; umur 44 tahun) adalah mantan pemain bulu tangkis Indonesia yang meraih medali emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona 1992 dalam nomor tunggal putra. Ia pensiun dari dunia bulu tangkis setelah Olimpiade Atlanta 1996.
Alan menikah dengan Susi Susanti, yang juga memenangkan medali emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona.

Prestasi

  • Medali Emas Olimpiade Barcelona 1992
  • Juara Malaysia Open 1995
  • Juara Indonesia Open 1993
  • Juara Invitasi Piala Dunia 1993
  • Juara German Open 1992
  • Juara China Open 1991
  • Juara Thailand Open 1989 dan 1991
  • Juara Dutch Open 1989

Penghargaan

Susi Susanti

Susi Susanti

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Susi susanti)
Langsung ke: navigasi, cari
Susi Susanti
Susi Susanti.jpg
Informasi pribadi
Nama lahir Lucia Francisca Susi Susanti
Tanggal lahir 11 Februari 1971 (umur 41)
Tempat lahir Tasikmalaya, Jawa Barat
Pasangan Alan Budikusuma
Anak Laurencia Averina
Albertus Edward
Sebastianus Frederick
Tinggi 1.61 m (5 ft 3 in)
Asal negara Bendera Indonesia Tasikmalaya, Indonesia
Rekor bertanding
Pegangan tangan Kanan
Ranking dunia tertinggi 1
Catatan medali
Women's Badminton
Emas 1992 Barcelona Singles
Perunggu 1996 Atlanta Singles
Lucia Francisca Susi Susanti (Hanzi: 王蓮香, Pinyin: Wang Lian-xiang, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971; umur 41 tahun) adalah seorang pemain bulu tangkis Indonesia.
Dia menikah dengan Alan Budikusuma, yang meraih medali emas bersamanya di Olimpiade Barcelona 1992. Selain itu, ia pernah juga meraih medali perunggu di Olimpiade Atlanta 1996. Pasangan Alan dan Susi memiliki 3 orang anak yang bernama Laurencia Averina (1999), Albertus Edward (2000), dan Sebastianus Frederick (2003).[1]
International Badminton Federation (sekarang Badminton World Federation) pada bulan Mei 2004 memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti. Pemain Indonesia lainnya yang memperoleh penghargaan Hall Of Fame yaitu Rudy Hartono Kurniawan, Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan Liem Swie King.

Daftar isi

Prestasi

Tunggal Putri

  • Medali Emas Olimpiade Barcelona 1992
  • Medali Perunggu Olimpiade Atlanta 1996
  • Medali Perunggu Asian Games 1990, dan 1994
  • Juara World Championship 1993, semifinalis World Championship 1991, 1995
  • Juara All England 1990, 1991, 1993, dan 1994, Finalis All England 1989
  • Juara World Cup 1989 ,1990, 1993, 1994, 1996, 1997
  • Juara World Badminton Grand Prix 1990, 1991, 1992, 1993, 1994 dan 1996
  • Juara Indonesia Open 1989, 1991, 1994, 1995, 1996, dan 1997
  • Juara Malaysia Open 1992,1993, 1994, 1995, dan 1997
  • Juara Japan Open 1991 1992, 1994, dan 1995
  • Juara Korea Open 1995
  • Juara Dutch Open 19931994
  • Juara German Open 1992, 1993 1994
  • Juara Denmark Open 1991 dan 1992
  • Juara Thailand Open 1991, 1992, 1993, dan 1994
  • Juara Swedish Open 1991 1992
  • Juara Vietnam Open 1997
  • Juara China Taipei Open 1991, 1994 dan 1996
  • Juara SEA Games 1987,1989, 1991,1995 1997(team)
  • Juara PON 1993
  • juara world championship junior 5 kali 1985(ws,wd,xd=3 nomor sekaligus)1987(ws,wd)
  • juara australia open 1990

Beregu Putri

  • Juara Piala Sudirman 1989 (Tim Indonesia)
  • Juara Piala Uber 1994 dan 1996 (Tim Indonesia)
  • Finalis Piala Sudirman 1991, 1993, 1995 (Tim Indonesia)
  • Finalis Piala Uber 1998 (Tim Indonesia)
  • Finalis Asian Games 1990, 1994 (Tim Indonesia)
  • Semifinalis Piala Uber 1988, 1990, 1992 (Tim Indonesia)
  • Juara SEA Games 1987, 1989, 1991, 1993, 1995 (Tim Indonesia)
  • Juara PON 1993 (Tim Jawa Barat)

Penghargaan

  • Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama 1992
  • The Badminton Hall of Fame 2004

Liem Swie King Smash The King

Liem Swie King

Liem Swie King
Liem swie king.jpg
Informasi pribadi
Tanggal lahir 28 Februari 1956 (umur 56)
Asal negara  Indonesia
Rekor bertanding
Pegangan tangan Kanan
Liem Swie King, (lahir di Kudus, Jawa Tengah, 28 Februari 1956; umur 56 tahun) adalah seorang pemain bulu tangkis yang dulu selalu menjadi buah bibir sejak dia mampu menantang Rudy Hartono di final All England tahun 1976 dalam usianya yang ke-20. Kemudian Swie King menjadi pewaris kejayaan Rudy di kejuaraan paling bergengsi saat itu dengan tiga kali menjadi juara ditambah empat kali menjadi finalis. Bila ditambah dengan turnamen "grand prix" yang lain, gelar kemenangan Swie King menjadi puluhan kali. Swie King juga menyumbang medali emas Asian Games di Bangkok 1978, dan enam kali membela tim Piala Thomas. Tiga di antaranya Indonesia menjadi juara.
Mulai bermain bulu tangkis sejak kecil atas dorongan orangtuanya di kota kelahiran Kudus, Swie King yang lahir 28 Februari 1956 akhirnya masuk ke dalam klub PB Djarum yang banyak melahirkan para pemain nasional.
Usai menang di Pekan Olahraga Nasional saat berusia 17 tahun, akhir 1973, Liem Swie King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Setelah 15 tahun berkiprah, Swie King merasa telah cukup dan mengundurkan diri pada tahun 1988. Saat aktif sebagai pemain, Liem terkenal dengan pukulan smash andalannya, berupa jumping smash, yang dijuluki sebagai King Smash.
Liem Swie King sebenarnya dari marga Wu bukan marga Lin. Pergantian marga seperti ini pada masa dahulu zaman Hindia Belanda biasa terjadi, pada masa itu seorang anak dibawah usia ketika memasuki wilayah Hindia Belanda (Indonesia sekarang) harus ada orang tua yg menyertainya, bila anak itu tidak beserta orang tua aslinya, maka oleh orang tuanya akan dititipkan kepada "orang tua" yg lain, "orang tua" ini bisa saja bermarga sama atau lain dari aslinya.

Daftar isi

Perjalanan Hidup

TokohIndonesia.com 28/02/2009: Liem Swie King, pahlawan bulu tangkis Indonesia, lahir di Kudus, Jawa Tengah, 28 Februari 1956. Dia pemain legendaris bulu tangkis Indonesia setelah Rudy Hartono. Dia telah puluhan kali mengharumkan nama Indonesia di pentas olahraga (bulu tangkis) dunia. Ia terkenal dengan pukulan jumping smash, yang dijuluki sebagai King Smash.
Sejak kecil Swie King sudah bermain bulu tangkis atas dorongan orangtuanya di Kudus, kota kelahirannya. Kepiawaiannya bermain bulu tangkis makin terasah ketika ia masuk ke dalam klub PB Djarum yang telah banyak melahirkan para pemain nasional.
Dalam catatan Pusat Data Tokoh Indonesia, Liem Swie King meraih berbagai prestasi selama 15 tahun berkiprah di bulu tangkis. Pertama kali, Swie King meraih Juara I Yunior se-Jawa Tengah (1972). Pada usia 17 tahun (1973), ia menjuarai (II) Pekan Olahraga Nasional. Setelah itu, Liem Swie King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Ia pun meraih Juara Kejurnas 1974 dan 1975.
Kemudian berkiprah di kejuaraan internasional, meraih Juara II All England (1976 & 1977). Kemudian tiga kali menjadi juara All England (1978, 1979, 1981), kejuaraan paling bergengsi kala itu. Selain itu, puluhan medali grand prix lainya, medali emas Asian Games di Bangkok 1978, dan tiga medali emas Piala Thomas (1976, 1979, 1984) dari enam kali membela tim Piala Thomas. Ketika menantang Sang Legendaris Rudy Hartono di final All England tahun 1976, usianya masih 20 tahun. Setelah itu, Liem Swie King menjadi penerus kejayaan Rudy.

Demi Masa Depan

Demi menjamin masa depan, ia pun mengundurkan diri sebagai pemain nasional bulu tangkis tahun 1988. Kendati ia tidak langsung bisa menemukan kegiaatan usaha untuk mencapai cita-citanya. Setahun setelah berhenti itu, King nyaris dapat dikatakan menganggur. Sebab keahlian dan pengetahuan yang dia miliki hanyalah olahraga bulu tangkis.
Kemudian ia mulai ikut mengelola sebuah hotel di Jalan Melawai Jakarta Selatan milik mertuanya. Setelah itu, ia melebarkan sayap dengan membuka usaha griya pijat kesehatan. Kini usahanya telah mempekerjakan lebih dari 400 karyawan. Berkantornya di Kompleks Perkantoran Grand Wijaya Centre Jakarta Selatan.
Bagaimana King bisa tertarik pada bisnis perhotelan dan pijat kesehatan? Rupanya sebagai pemain bulu tangkis yang sering menginap di hotel berbintang, King tertarik dengan keindahan penataan hotel dan keramahan para pekerjanya. Begitu pula soal griya pijat. Saat menjadi atlet, King selalu membutuhkan terapi pijat setelah lelah berlatih dan bertanding. Kala itu, ia kerap mengunjungi griya pijat kesehatan di kawasan Mayestik Jakarta Selatan yang penataan ruangannya begitu bagus.
Ia pun berpikir bahwa usaha pijat kesehatan (spa) ini sangat prospektif. Kalangan eksekutif dan pengusaha Jakarta yang gila kerja butuh kesegaran fisik dan relaksasi. Maka dia membuka usaha griya pijat kesehatan Sari Mustika. Kini, dia telah membukanya di tiga lokasi, Grand Wijaya Centre, Jalan Fatmawati Jakarta Selatan, dan Kelapa Gading Jakarta Utara dengan total karyawan sekitar 200 orang. Dalam mengelola usahanya, ia pun tidak sungkan-sungkan menyambut sendiri tamu hotel atau griya pijatnya.
Hasilnya, selain usahawan dan eksekutif lokal, serta keluarga-keluarga menengah atas Jakarta, banyak ekspatriat menjadi pelanggan griyanya. Ia pun merasa bahagia karena bisa membuktikan griya pijat tidak selalu berkonotasi jelek seperti yang dibayangkan kebanyakan orang.

Menurut informasi dari kerabat dekatnya, Liem Swie King sebenarnya dari marga Oei bukan marga Liem. Pergantian marga seperti ini pada masa dahulu zaman Hindia Belanda biasa terjadi, pada masa itu seorang anak dibawah usia ketika memasuki wilayah Hindia Belanda (Indonesia sekarang) harus ada orang tua yg menyertainya, bila anak itu tidak beserta orang tua aslinya, maka oleh orang tuanya akan dititipkan kepada "orang tua" yg lain, "orang tua" ini bisa saja bermarga sama atau lain dari aslinya.
Pebulu tangkis yang pernah terjun ke dunia film sebagai bintang film Sakura dalam Pelukan, ini kini hidup bahagia bersama isteri dan tiga orang anaknya Alexander King, Stevani King dan Michele King. Ternyata, anak-anaknya tidak tahu bahwa King seorang pahlawan bulu tangkis Indonesia.
Belakangan, Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale, pemilik rumah produksi Alenia, mernjadikan kehebatan Liem Swie King dalam dunia bulu tangkis Indonesia sebagai inspirasi untuk membuat film tentang bulu tangkis. Film itu memang bukan bercerita tentang kisah kehidupan King. Akan tetapi, dalam film itu, King menjadi inspirasi bagi seorang ayah yang kagum pada King, lalu memotivasi putranya untuk bisa menjadi juara seperti King. ►Tian Son Lang

Kiprah di luar bulu tangkis

Pendidikan

- SD, Kudus (1968) - SMP, Kudus (1971) - SMA, Kudus (1974)

Karier

- Pebulu tangkis Indonesia - Pengusaha Hotel dan Spa

Prestasi

Nasional

  • Juara I Yunior se-Jawa Tengah (1972)
  • Juara II PON 1973
  • Juara Kejurnas 1974, 1975

International

-Tunggal-
  • 1974: Semi Finalis Asian Games Tehran
  • 1976: Finalis All England Open, Finalis Kejuaraan Asia
  • 1977: Finalis All England Open, Juara Denmark Open, Juara Swedia Open, Juara SEA Games
  • 1978: Juara All England Open, Juara Asian Games Bangkok
  • 1979: Juara All England Open
  • 1980: Finalis Kejuaraan Dunia, Finalis All England
  • 1981: Juara All England Open, Semi Finalis World Games St.Clara, Juara SEA Games
  • 1982: Finalis Asian Games New Dehli, Juara Piala Dunia
  • 1983: Finalis Kejuaraan Dunia, Juara Indonesia Open, Juara Malaysia Open
  • 1984: Finalis All England Open, Finalis World Badminton Grand Prix
  • 1985: Semi Finalis All England Open

Ganda

  • 1983: Finalis SEA Games (bersama Hadibowo)
  • 1984: Juara Piala Dunia (bersama Kartono Hariamanto)
  • 1985: Juara Piala Dunia, Juara Indonesia Open, Semi Finalis Kejuaraan Dunia , Finalis SEA Games (bersama Kartono Hariamanto)
  • 1986: Juara Piala Dunia, Semi Finalis Asian Games Seoul (bersama Bobby Ertanto); Juara Indonesia Open (bersama Kartono Hariamanto)
  • 1987: Juara Asia (bersama Bobby Ertanto); Juara SEA Games, Juara Japan Open, Juara Indonesia Open, Juara Taiwan Open, Finalis Thailand Open (bersama Eddy Hartono)

Beregu

  • 1976: Juara Piala Thomas
  • 1977: Juara SEA Games
  • 1978: Juara Asian Games
  • 1979: Juara Piala Thomas, Juara SEA Games
  • 1981: Finalis SEA Games
  • 1982: Finalis Piala Thomas, Finalis Asian Games
  • 1983: Juara SEA Games
  • 1984: Juara Piala Thomas
  • 1985: Juara SEA Games
  • 1986: Finalis Piala Thomas, Semi Finalis Asian Games
  • 1987: Juara SEA Games

Rudy Hartono Kurniawan Maestro Badminton Indonesia

Rudy Hartono Kurniawan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Rudy Hartono)
Langsung ke: navigasi, cari
Rudy Hartono
Rudy hartono kurniawan.jpg
Informasi pribadi
Nama lahir Rudy Hartono Kurniawan
Chinese: Nio Hap Liang [1]
Tanggal lahir 18 Agustus 1949 (umur 62)
Tempat lahir Surabaya, Jawa Timur[1]
Tinggi 1.78 m (5 ft 10 in)
Asal negara  Indonesia
Rekor bertanding
Pegangan tangan Kanan
Rudy Hartono Kurniawan (Hanzi: 梁海量, Nio Hap Liang; translasi fonetik nama Indonesianya ke bahasa Tionghoa: 哈托诺 Hatuonuo; lahir di Surabaya, Jawa Timur, 18 Agustus 1949; umur 62 tahun) adalah seorang mantan pemain bulu tangkis Indonesia. Ia pernah memenangkan kejuaraan dunia pada tahun 1980, dan Kejuaraan All England selama 8 kali pada tahun 1960'an dan 1970'an.

Daftar isi

Sejarah

Masa Kecil

Rudy Hartono adalah anak ketiga dari 9 bersaudara yang lahir dari pasangan Zulkarnain Kurniawan. Orang tua Rudy tinggal di Jalan Kaliasin 49 (sekarang Jalan Basuki Rahmat), Surabaya, Jawa Timur dan bekerja sebagai penjahit pakaian pria. Selain itu orang tua Rudy juga mempunyai usaha pemrosesan susu sapi di Wonokromo, Jawa Timur.
Seperti anak-anak seumuran lainnya, Rudy kecil juga tertarik dengan berbagai macam olahraga sejak SD, terutama atletik dan renang. Pada masa SMP dia juga berkecimpung di olahraga bola voli dan pada masa SMA dia juga adalah pemain sepak bola yang handal. Tapi dari semua olahraga yang dia ikuti, keinginan terbesarnya akhirnya hanya jatuh pada permainan bulu tangkis. Pada usia 9 tahun, Rudy kecil sudah menunjukkan bakatnya di bulu tangkis. Tetapi ayahnya baru menyadarinya ketika Rudi sudah berumur 11 tahun. Sebelum itu Rudy hanya berlatih di jalan raya aspal di depan kantor PLN di Surabaya, yang sebelumnya dikenal dengan Jalan Gemblongan -- ditulis oleh Rudy Hartono dalam bukunya Rajawali Dengan Jurus Padi (1986). Rudy berlatih hanya pada hari Minggu, dari pagi hari hingga pukul 10 malam. Setelah merasa cukup, Rudy memutuskan utuk mengikuti kompetisi-kompetisi kecil yang ada di sekitar Surabaya yang pada masa itu biasanya hanya diterangi oleh sinar lampu petromax.
Setelah ayahnya menyadari bakat anaknya, maka Rudy kecil mulai dilatih secara sistematik pada Asosiasi Bulu Tangkis Oke dengan pola latihan yang telah ditentukan oleh ayahnya. Sekedar informasi, ayah Rudy juga pernah menjadi pemain bulu tangkis pada masa mudanya. Zulkarnain pernah bermain di kompetisi kelas utama di Surabaya. Zulkarnain pertama kalinya bermain untuk Asosiasi Bulu Tangkis Oke yang dia dirikan sendiri pada tahun 1951. Di asosiasi ini ayah Rudy juga melatih para pemain muda. Program kepelatihannya ditekankan pada empat hal utama yaitu: kecepatan, pengaturan napas yang baik, konsistensi permainan dan sifat agresif dalam menjemput target. Tidak mengherankan banyak program kepelatihannya lebih menekankan pada sisi atletik, seperti lari jarak panjang dan pendek dan juga latihan melompat (high jump).
Ketika Rudy mulai berlatih di Asosiasi yang dimiliki ayah pada saat itulah Rudy merasakan latihan profesional yang sesungguhnya. Pada saat itu asosiasi tempat ayah Rudy melatih hanya mempunyai ruangan latihan di gudang gerbong kereta api di PJKA Karangmenjangan. Dengan kondisi seperti itu Rudy tetap berlatih dengan bersemangat bahkan dia merasa bahwa tempat latihan ayahnya jauh lebih baik dari tempat latihan sebelumnya karena ruangan gedung telah memakai cahaya lampu listrik sehingga dia bisa tetap berlatih dengan maksimal sampai malam hari. Selain itu lapangan yang disediakan juga lebih baik dibanding sebelumnya dan juga ada kantin yang berada di samping gedung latihan.

Awal Karier Profesional

Setelah beberapa lama bergabung dengan grup ayahnya, akhirnya Rudy memutuskan untuk pindah ke grup bulu tangkis yang lebih besar yaitu Grup Rajawali, grup yang telah melahirkan banyak pemain bulu tangkis dunia. Pada awal dia bergabung dengan grup ini, Rudy merasa sudah menemukan grup terbaik untuk mengembangkan bakat bulu tangkisnya. Akan tetapi setelah berdiskusi dengan ayahnya, Rudy mengakui bahwa jika dia ingin kariernya di bulu tangkis meningkat maka dia harus pindah ke tempat latihan yang lebih baik, oleh sebab itu Rudy memutuskan untuk pindah pada Pusat Pelatihan Thomas Cup pada akhir tahun 1965. Tak lama setelah itu, penampilan Rudy semakin membaik. Bahkan dia turut ambil bagian dalam memenangkan Thomas Cup untuk Indonesia pada tahun 1967. Pada umur 18 tahun, untuk pertama kalinya Rudy memenangkan titel Juara All England dengan mengalahkan Tan Aik Huang dari Malaysia dengan hasil akhir 15-12 dan 15-9. Setelah itu dia terus memenangkan titel ini sampai dengan tahun 1974.

Perolehan Medali

Rank Event Date Tempat
World Championships
1 Singles 1980 Jakarta, INA
Thomas Cup
1 Team 1970 Kuala Lumpur, MAS
1973 Jakarta, INA
1976 Bangkok, THA
1979 Jakarta, INA
2 1967 Jakarta, INA
1982 London, ENG

Statistik Karier

Final Turnamen BWF/IBF

Tunggal

Menang
Tahun Turnamen Lawan di final Skor
1980 World Championships Bendera Indonesia Liem Swie King 15–9, 15–9

Final Turnamen Internasional

Tunggal

Menang
Tahun Turnamen Lawan di final Skor
1968 All England Open Bendera Malaysia Tan Aik Huang[1]
1969 All England Open Bendera Indonesia Darmadi
1969 U.S. Open Bendera Indonesia Muljadi
1969 Canadian Open

1970 All England Open Bendera Denmark Svend Pri
1971 Denmark Open Bendera Jepang Ippei Kojima
1971 All England Open Bendera Indonesia Muljadi
1971 Canadian Open Bendera Jepang Ippei Kojima
1972 All England Open Bendera Denmark Svend Pri
1972 Denmark Open

1973 All England Open Bendera Indonesia Christian Hadinata
1974 All England Open Bendera Malaysia Punch Gunalan
1974 Denmark Open

1976 All England Open Bendera Indonesia Liem Swie King
Runner-ups
Tahun Turnamen Lawan di final Skor
1975 All England Open Bendera Denmark Svend Pri
1978 All England Open Bendera Indonesia Liem Swie King

Ganda

Runner-up
Tahun Turnament Acara Partner Lawan di Final Skor
1971 All England MD Bendera Indonesia Indra Gunawan Bendera Malaysia Ng Boon Bee
Bendera Malaysia Punch Gunalan

Daftar prestasi pada kejuaraan All England

Penghargaan

Kegiatan di luar bulu tangkis